Terimakasih, Rohi (Bagian 6 -Akhir)
1 Juli 1943. Perasaan bahagia menyelimutiku saat bangun tidur setiap paginya. Jo, kini resmi menjadi calon suamiku. Ia meminta izin untuk menikahiku pada Papa dan Mama, ia juga menyurati Ben untuk meminta izin. Tentu mereka mengiyakan. Ben, kakakku tercinta yang kini menetap di London. Kemarin ia kirimkan dua lembar surat untukku, tak lupa istrinya, Loui juga ikut menyumbangkan guratan tangannya untuk menyapaku di Hindia. Ben bercerita, bahwa ia sangat bahagia. Satu lagi! Aku resmi mempunyai keponakan baru. Eliza namanya, sama seperti namaku. Ben juga menyampaikan bahwa bulan depan ia akan berkunjung kesini, dan hadir di pernikahanku. Bahagia sekali, bukan? Tapi, dua minggu terakhir ini, aku merasakan sepi yang teramat sangat. Papa dan Mama harus pulang ke Nederland, sedangkan Jo harus kembali ke Jerman untuk menghadiri pemakaman Neneknya. "Non, sahaya mohon izin untuk bertanya. Tidakkah Noni sekiranya menyusul Tuan dan Nyonya ke Nederland sekarang? atau menyusul Tuan Jo ke Jerma