Postingan

Corat Coret Malam Hari: Kereta Api Sebagai Bukti Kuasa Belanda di Nusantara

Gambar
Stasiun Jakarta Kota memiliki tempat tersendiri di hati saya. Bangunannya yang kokoh dan megah, seakan hangat menyambut seluruh pengunjung; setiap detiknya. Stasiun ini luar biasa sibuk, sebab fungsinya yang memang sangat penting.                                                             Stasiun Jakarta Kota ( Foto: dokumen pribadi) Entah kenapa, sejak kecil saya sangat tertarik dengan bangunan-bangunan kolonial, tak terkecuali Stasiun Jakarta Kota. Pilar-pilarnya yang kuat, jendela dan pintunya yang besar, serta atapnya yang amat tinggi membuat bangunan kolonial itu terasa sangat sejuk. Pembangunan stasiun ini dimulai pada tahun 1870 dan dikenal dengan nama Stasiun Beos ( Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij ) atau Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur. Berlandaskan pada informasi yang ada di laman Heritage KAI, stasiun ini dikenal juga dengan nama Batavia Zuid atau Batavia Selatan. Stasiun Beos lantas ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi. Pembangunannya dinyatakan se

Arogansi Kamboja Dulang Emas di SEA Games 2023

Gambar
SEA Games adalah pesta olahraga se-Asia Tenggara yang dihelat 2 tahun sekali. Total ada 11 negara yang turut berpartisipasi memperebutkan medali di lebih dari 30 cabang olahraga (cabor). Untuk SEA Games 2023, Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) mendata ada 36 cabor yang dipertandingkan. Kamboja terpilih sebagai tuan rumah dan berhak ‘memegang kendali’ atas dilangsungkannya SEA Games 2023, terhitung sejak 5-17 Mei. Sebagai tuan rumah, sebuah negara tentunya memiliki hak untuk menentukan cabor tambahan yang akan dipertandingkan. Menilik Piagam SEA Games (dokumen tersedia di internet), negara penyelenggara wajib mempertandingkan 2 cabor, yakni atletik dan renang (termasuk loncat indah dan polo air). Selanjutnya, ada 14 dari 34 cabor Olimpiade yang juga harus dipertandingkan. Daftarnya adalah sebagai berikut:                             Sumber: SEA Games charter   Selanjutnya, ada 8 dari 14 cabor yang juga bisa turut dipertandingkan dan masuk dalam kategori 3. Daftranya ada

Menilik Konflik di Kolombia (1948-2016) dan Resolusinya dengan Kurva Lund

Gambar
  Kajian konflik, adalah salah satu bidang yang cukup diminati untuk diteliti. Apalagi, dalam ilmu hubungan internasional. Konflik adalah sebuah hal yang berlangsung sangat dinamis dan selalu memiliki peluang untuk kembali timbul dan memanas, setiap waktunya. Dalam kajian konflik, dikenal sebuah struktur konflik yang diperkenalkan oleh Cristopher Roger Mitchell dalam bukunya yang bertajuk The Structure od International Conflict tahun 1981. Menurut Mitchell, konflik memiliki 3 struktur utama, yaitu sikap, perilaku, dan situasi. Ketiganya mampu saling berinteraksi dan berpotensi menciptakan konflik antar aktor.               Dari segitiga struktur konflik yang diperkenalkan Mitchell, dapat dipahami bahwa situasi akan berimbas pada perilaku. Misalnya, pihak yang gagal meraih targetnya akan mengalami frustasi hingga melakukan apa saja demi tujuannya tercapai. Sementara itu, situasi yang cukup menekan juga akan mempengaruhi sikap aktor. Tujuan yang tidak sesuai harapan hanya akan menimbu

Utak Atik Sinetron Bertema ‘Pelakor' di Indonesia: Sebuah Pandangan Berlandaskan Feminisme

  Kalau ditilik, keberadaan sinetron atau series bertema pelakor (perebut laki orang) atau perselingkuhan sedang marak berseliweran di layar kaca. Baik itu di stasiun televisi, maupun layanan OTT ( over the top ). Alur kisahnya sama dan menawarkan kegemesan tersendiri untuk para penonton. Kisah klasik, seperti pria beristri yang cinlok dengan teman sekantornya atau suami yang mencoba mencari kesenangan di luar rumah dengan pergi ke tempat-tempat hiburan dan bertemu teman lamanya. Sampai akhirnya, hubungan mereka berlanjut jadi perselingkuhan. Sebagai orang yang senang nimbrung Ibu nonton sinetron bertema seperti itu, jujur saya ikutan gemes. “Gimana sih, jadi perempuan kok mau aja diselingkuhin. Bukannya langsung minta pisah, malah dipertahanin,”. Komentar saya tak ayal sering membuat Ibu kesal. “Hanya sinetron. Gausah lebay,” katanya. Tapi beberapa menit kemudian, Ibu juga turut berkomentar seperti ini: “Nah kan ketahuan kalau selingkuh!”. Saya balas dengan “Santai, Bu. Hanya sine

Perempuan Saudi dalam Isu Kesetaraan Gender

  Isu gender menjadi hal yang sangat ramai dibahas dalam kajian hubungan internasional. Secara garis besar, gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang memang dibangun secara sosial dan kultural. Dalam hubungan internasional, khususnya bagi keamanan internasional, hal ini dianggap sebagai arena khusus kaum pria. Akan sangat berat dan dipandang sebelah mata jika kaum perempuan yang melakukan hal tersebut. Terlebih, kegiatan bela negara seringkali diasosiasikan dengan perang. Berkembangnya isu gender dalam hubungan internasional memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah pergerakan kaum perempuan. Sebab, selama ini fokus dalam hubungan internasional, seperti keamanan dan perang menjadi ranah pria.  Pada awalnya, proses perjuangan kaum perempuan demi memperoleh hak-haknya dinahkodai oleh Marquis de Condorcet dan Lady Mary Wortley pada 1785 di Middleburg, Belanda. Kala itu, Condorcet dan Wortley mendorong perempuan mendapatkan hak untuk mengikuti pemilihan umum. Banyak pe

Ketika Buntu.

Sedikit cerita ringan di sore hari. Kali ini, Kamis, 11 November 2021. Di tengah kebuntuan mengerjakan soal ujian kuliah, aku memilih kembali berimajinasi melalui tulisan. Melambungkan doa-doa, sembari sedikit berkeluh kesah.   Semakin menua, hidup kiranya semakin berat. Ingin rasanya memaki keadaan dan mempertanyakan arah hidup ini kepada Tuhan. Namun, aku merasa tak pantas. Diberikan kesempatan hidup dan memperbaiki diri saja; aku bersyukur.   Jika membayangkan rutinitasku yang begitu padat dan membosankan, ingin aku berteriak sekuat tenaga. Merapal segala sumpah serapah. Setiap hari, harus bergumul dengan padatnya Ibu Kota. Jika bukan karena keluarga, sanggup aku tinggalkan ini semua.   Namun lagi-lagi. Malu rasanya aku mengeluh. Banyak orang di luar sana yang hidupnya lebih pelik ketimbang aku. Hingga akhirnya aku sadar, tidak ada alasan lagi untuk bermanja ria kepada Tuhan; si empunya kehidupan.   Untuk siapa saja yang sedang berjuang; mari saling menggenggam. Tu

Kopong

Berulang kali aku memaki, Bertanya dalam senyap diri. Kurang pantas apa? Apa yang salah? Bagaimana caranya? Apa yang patut diperjuangkan? Bagaimana mengembalikan yang sudah pergi? Bagaimana rupa bahagia, kalau hanya hancur yang terasa? Sederet pertanyaan [atau bahkan lebih] itu bergumul dalam jiwa. Tak ada satupun yang sanggup menerka, apa rahasia Tuhan kepada semesta. Individu lemah sepertiku hanya sanggup meraba, Seperti apa kiranya kerja Tuhan membuat hambaNya tertawa. Ah, sudahlah. Tak mampu aku membayangkan bagaimana cara kerjaNya. Sekarang, aku ingin berbaring. Menatap kopongnya atap dan dinding. Bersahabat dengan sepi, Meratap seorang diri.