Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tanpa Ujung (Bagian Keenam -Habis)

Inilah akhirnya, ternyata Rakina telah sampai di ujung perjalanan hidupnya. Dirinya harus berakhir dengan ditembusi beberapa peluru tajam dan panas, setelah itu ia rasai dirinya terbang. Melayang, dan merasakan damai yang tak terhingga. Dari atas, ia perhatikan air muka Rega yang sangat sedih. Buliran air mata mengalir tanpa ampun diwajahnya. Tak lama berselang, ada sebuah tangan putih yang menggapai dirinya. Rakina diseret masuk kedalam sebuah ruangan. Jauh diseberang sana, terlihat Surya tengah tersenyum bangga. Uluran tangan Surya kembali menyapa Rakina. Sepasang Ayah dan anak ini kembali bertemu setelah perpisahan pilu di dunia.                 Ternyata, ini bukanlah ujung kehidupan Rakina. Saat bertemu Ayahnya, Kina sadar bahwa kehidupannya di dunia dan di alam setelahnya pun tak akan pernah menemui ujung. Ia akan selalu hidup bersama Surya, ia akan selalu ada di ingatan Rega, serta akan terus menghantui Toro. Rakina, tak akan pernah bertemu dengan akhir.             

Tanpa Ujung (Bagian Kelima)

Menjelang akhir waktu keputusan, Kina terus didesak untuk berkata sejujurnya. Ratusan kali pemeriksaan telah ia jalani, namun Kina tetap bungkam dan tetap pada pendiriannya. Memang, kenyataannya Toro lah yang merenggut nyawa ayahnya. “Kina, ini ada kiriman,” Rega menyelipkan tangannya diantara jeruji besi yang mengurung Kina. Ia menyodorkan sebuah amplop cokelat yang cukup besar, kemudian Kina membuka dan mendapati beberapa foto-foto makam. “Makam ayahmu sudah aku bersihkan,” Rega berkata halus sambil memandangi wajah Kina yang selalu tersenyum tiap kali menerima foto kondisi terbaru makam ayahnya. Didalam amplop yang diberikan, ada sekitar lima foto makam Surya yang diambil dari sisi berbeda. Kina terus melihat foto-foto itu dengan runut dan teliti, sampai akhirnya ia tiba pada foto keenam. Di batu nisannya tertulis nama ibunya. “Sarmi mati? Bagus, berkurang satu wanita tak berguna di muka bumi ini,” ekspresi Kina datar, Rega yang tercengang kembali memberikan pencerahan kepada K

Tanpa Ujung (Bagian Keempat)

Malam itu, hujan turun disertai petir tanpa ampun. Samar-samar melalui jendela yang dilapisi gorden tipis, Kina melihat Ibunya bersama Toro, tetangga sebelah rumah yang gemar bermain perempuan setelah dicerai istrinya setahun lalu. Toro terlihat asyik merangkul pinggul Sarmi dibawah derasnya hujan, sesekali ia melumat bibir Sarmi. Tangannya menggerayangi kaos tipis Sarmi dan berusaha menggapai isinya. Kina hancur bukan main, ia masih bisa menahan emosi hingga akhirnya Sarmi dan Toro sampai di teras rumah. Mereka berlaku seperti hewan, menanggalkan pakaian kemudian bercinta ditemani cipratan air hujan. Kina murka dan menjerit.                 Jeritan itu sontak memaksa Sarmi dan Toro menyudahi kegiatan mereka, sekaligus mengejutkan Surya yang tidur di kamar depan. “Kurang ajar! Ibu macam apa kau? Istri macam apa kau, Sarmi?” Kina membuka pintu rumah dan mendapati Ibunya gelagapan sambil kembali mengenakan pakaiannya; pun Toro yang terkejut bukan kepalang. “Bangsat kalian! Saya pe