Arogansi Kamboja Dulang Emas di SEA Games 2023




SEA Games adalah pesta olahraga se-Asia Tenggara yang dihelat 2 tahun sekali. Total ada 11 negara yang turut berpartisipasi memperebutkan medali di lebih dari 30 cabang olahraga (cabor). Untuk SEA Games 2023, Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) mendata ada 36 cabor yang dipertandingkan. Kamboja terpilih sebagai tuan rumah dan berhak ‘memegang kendali’ atas dilangsungkannya SEA Games 2023, terhitung sejak 5-17 Mei.

Sebagai tuan rumah, sebuah negara tentunya memiliki hak untuk menentukan cabor tambahan yang akan dipertandingkan. Menilik Piagam SEA Games (dokumen tersedia di internet), negara penyelenggara wajib mempertandingkan 2 cabor, yakni atletik dan renang (termasuk loncat indah dan polo air). Selanjutnya, ada 14 dari 34 cabor Olimpiade yang juga harus dipertandingkan. Daftarnya adalah sebagai berikut:


                           

Sumber: SEA Games charter 

Selanjutnya, ada 8 dari 14 cabor yang juga bisa turut dipertandingkan dan masuk dalam kategori 3. Daftranya adalah:


 


Sumber: SEA Games charter

Lantas, apa untungnya menjadi tuan rumah? Dalam deretan cabor di kategori 3 tersebut, tuan rumah bebas menentukan 8 cabor yang menjadi andalannya. Untuk gelaran SEA Games 2023, Kamboja menghadirkan kun bokator yang sangat mirip dengan muay thai. Selain itu, ada pula kun khmer yang menyerupai olahraga kick boxing.

Sayangnya, saya kurang memahami apakah cabor lain di luar 14 cabor tersebut sah-sah saja untuk dipertandingkan. Sebab, kun bokator dan kun khmer tidak ada di dalam daftar. Menilik keterangan yang diberikan oleh Wakil Ketua 1 KONI Pusat, Suwarno (sebagaimana dilansir dari RRI https://www.rri.co.id/jawa-timur/olimpik/228879/suwarno-ini-keuntungan-jadi-tuan-rumah-sea-games pada 18 Mei 2023), setiap pelaksanaan SEA Games pasti selalu menguntungkan tuan rumah karena muncul cabor baru. Terlebih, kun bokator dan kun khmer ini sudah mendapat izin komite eksekutif untuk digelar. Jadi, analisa singkat itu menggambarkan bahwa cabor lain (di luar 14 daftar cabor tersebut) sangat dimungkinkan untuk dipertandingkan. Sehingga, diversifikasinya semakin terasa di setiap pelaksaan SEA Games.

Keuntungan memilih cabor itulah yang selalu dimanfaatkan dalam setiap perhelatan SEA Games. Pada SEA Games Indonesia tahun 2011, misalnya. Pencak silat menjadi cabor andalan dengan raihan 9 emas, 5 perak, dan 6 perunggu. Capaian itu lantas mengantarkan Indonesia ke posisi juara umum pencak silat. Selanjutnya, dalam SEA Games 2013 Myanmar, terdapat cabor chinlone yang merupakan olahraga asli Myanmar. Tuan rumah berhasil mengumpulkan 6 emas tanpa perak dan perunggu. Jika dibandingkan dengan negara peserta lain, Myanmar tentu menjadi pengumpul medali terbanyak pada cabor chinlone. Untuk SEA Games 2023, Kamboja menjadi juara umum dalam cabor kun khmer dengan total medali 19 (14 emas, 3 perak, 2 perunggu). Untuk cabor kun bokator, Kamboja juga meraih 19 medali (8 emas, 8 perak, dan 3 perunggu).

Arogansi Kamboja Demi Jadi ‘Raja’ Asia Tenggara

Sudah bukan rahasia jika pelaksanaan SEA Games 2023 menuai banyak kritik. Mulai dari bobroknya fasilitas yang diberikan kepada atlet dan terbaliknya bendera Indonesia. Berbagai keanehan penyelenggaraan SEA Games 2023 lain bisa Anda lihat sendiri di berbagai portal media, sebab beritanya sudah sangat banyak.

Kamboja juga hanya mengizinkan negara-negara non unggulan bulu tangkis seperti Myanmar, Kamboja (tentunya), Brunei Darussalam, dan Timor Leste untuk bertanding. Alasannya cukup masuk akal, yakni guna memberikan kesempatan bagi negara-negara tersebut mendapatkan medali. Namun menurut saya, langkah itu sengaja diusulkan Kamboja agar bisa mendapat medali dari bulu tangkis. Secara tidak langsung, Kamboja memperlihatkan arogansinya atas kebijakan yang diciptakannya sendiri.

Dari ranah bulu tangkis, saya cukup tertarik untuk membahas kehadiran atlet yang diduga atlet China, Zhou Meng. Ia memperkuat Kamboja di nomor ganda campuran dengan nama Chourn Meng, dan berhasil menggenapkan keunggulan Kamboja atas Myanmar, sehingga dapat meraih medali emas. Sikap Kamboja yang terkesan menyembunyikan Chourn Meng semakin menguatkan dugaan bahwa dirinya adalah pemain cabutan. Ia bahkan tak terlihat dalam seremoni pengalungan medali. Lain halnya jika Kamboja memang sudah menaturilsasi Zhou Meng, jadi ia sangat sah untuk membela negaranya. Sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak terkait atas dugaan kecurangan itu.

Kasus lain juga terlihat dalam cabor pencak silat. Non Sromoachkroham, atlet pencak silat Kamboja meraih medali emas tanpa bertanding. Seharusnya, ia dijadwalkan bertemu atlet Indonesia, Bayu Lesmana. Namun, Bayu mengaku dipaksa WO alias walk out, padahal kondisinya sangat prima tanpa cedera. Di babak semifinal, Sromoachkroham seharusnya bertemu atlet Malaysia bernama Mohammae Khoirul. Bisa ditebak, Khoirul juga memutuskan untuk tidak bertanding.

Jika benar terjadi kecurangan, Kamboja jelas mencederai tujuan SEA Games yang notabene ingin semakin mempererat persatuan, kerja sama, dan kompetisi antar negara-negara di Asia Tenggara. Kamboja terkesan menghalalkan segala cara agar bisa memuncaki klasemen perolehan medali. Kritik saya ini bukan bermaksud memojokan Kamboja. Namun, lebih kepada keresahan atas buruknya gelaran SEA Games tahun ini. Meminjam pandangan realisme, sebuah negara yang mencari hegemoni akan menunjukkan agresivitasnya. Liberalisme yang seharusnya menjadi dasar teori dalam pelaksaan SEA Games terpaksa harus dikesampingkan demi keinginan segelintir pihak. Hal itu bisa disangkutkan dengan fenomena SEA Games 2023, di mana Kamboja berusaha untuk menjadi penguasa dengan melakukan segala cara. 

Sekeras apa pun mereka mencoba, pada akhirnya Kamboja hanya duduk di posisi 4 perolehan medali akhir dengan 282 medali (81 emas, 71 perak, dan 127 perunggu). Sedikit mundur ke SEA Games edisi sebelumnya, Kamboja adalah negara yang langganan duduk di posisi 8 atau 9 dengan total medali 17 hinnga 46 medali. Mari kita lihat, apakah pada SEA Games 2025 Thailand nanti Kamboja bisa membuktikan kelayakannya seperti pada SEA Games tahun ini, atau justru balik ke ‘setelan pabrik’.


Salam,

Ajeng W.

*mahasiswi yang (belum) tahu banyak hal

*seluruh data yang saya gunakan dapat diakses dan diverifikasi langsung via internet.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Corat Coret Malam Hari: Kereta Api Sebagai Bukti Kuasa Belanda di Nusantara

Menilik Konflik di Kolombia (1948-2016) dan Resolusinya dengan Kurva Lund