Kopong

Berulang kali aku memaki,

Bertanya dalam senyap diri.

Kurang pantas apa?
Apa yang salah?
Bagaimana caranya?
Apa yang patut diperjuangkan?
Bagaimana mengembalikan yang sudah pergi?

Bagaimana rupa bahagia, kalau hanya hancur yang terasa?

Sederet pertanyaan [atau bahkan lebih] itu bergumul dalam jiwa.
Tak ada satupun yang sanggup menerka, apa rahasia Tuhan kepada semesta.

Individu lemah sepertiku hanya sanggup meraba,
Seperti apa kiranya kerja Tuhan membuat hambaNya tertawa.

Ah, sudahlah.
Tak mampu aku membayangkan bagaimana cara kerjaNya.
Sekarang, aku ingin berbaring.
Menatap kopongnya atap dan dinding.
Bersahabat dengan sepi,
Meratap seorang diri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Corat Coret Malam Hari: Kereta Api Sebagai Bukti Kuasa Belanda di Nusantara

Arogansi Kamboja Dulang Emas di SEA Games 2023

Menilik Konflik di Kolombia (1948-2016) dan Resolusinya dengan Kurva Lund