Ketika Buntu.
Sedikit cerita ringan di sore hari.
Kali ini, Kamis, 11
November 2021. Di tengah kebuntuan mengerjakan soal ujian kuliah, aku memilih
kembali berimajinasi melalui tulisan. Melambungkan doa-doa, sembari sedikit
berkeluh kesah.
Semakin menua, hidup kiranya semakin berat. Ingin rasanya memaki
keadaan dan mempertanyakan arah hidup ini kepada Tuhan. Namun, aku merasa tak pantas. Diberikan kesempatan
hidup dan memperbaiki diri saja; aku bersyukur.
Jika membayangkan
rutinitasku yang begitu padat dan membosankan, ingin aku berteriak sekuat
tenaga. Merapal segala sumpah serapah. Setiap hari, harus bergumul dengan padatnya Ibu Kota. Jika bukan karena keluarga,
sanggup aku tinggalkan ini semua.
Namun lagi-lagi. Malu
rasanya aku mengeluh. Banyak orang di luar sana yang hidupnya lebih pelik
ketimbang aku. Hingga akhirnya aku sadar, tidak ada alasan lagi untuk bermanja
ria kepada Tuhan; si empunya kehidupan.
Untuk siapa saja
yang sedang berjuang; mari saling menggenggam. Tulisanku ini mungkin tak
seberapa baik. Akan tetapi, ini menjadi satu-satu jalan bagiku untuk ikut
menyemangati jiwa-jiwa yang lain.
Jika kalian masih mempertanyakan apa arti hidup...Mari bersujud, mari simpulkan jari dan
mari pejamkan mata. Di tengah pekatnya gelap yang kalian temukan; di situ pasti
ada cahaya Tuhan. Di antara derasnya doa yang kalian ucapkan, ada Tuhan
yang setia berada di sisi. Menjagamu dari segala kejahatan. Melindungimu dari
segala keburukan. Dan menuntun mu ke arah kebajikan.
Pernah aku membaca satu kalimat; yang hingga kini pun aku kerap
menangis bila mengingatnya. ‘Bayangkan saat kamu sujud, Tuhan menghampirimu
sembari berbisik: Aku mencintaimu, hamba Ku’. Hilang segala gundah. Musnah segala ragu. Tumbuh
rasa cinta dan mekarlah semangat hidup.
ketika tumbuh rasa cinta tinggalkan saja soal ujian kuliah__kadang ora penting//
BalasHapus